Minggu, 26 Maret 2017

histologi vet.II Saluran Pencernaan



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       Latar belakang
            Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah untuk mempermudah penyerapan oleh vili usus. Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Pada beberapa tempat, saluran pencernaan mengalami dilatasi serta berkelak-kelok. Pada saluran pencernaan ada gerakan peristaltik yang menyebabkan makanan dapat bergerak ke belakang, sebaliknya gerakan anti peristaltik dapat digambarkan dengan peristiwa muntahnya pada hewan.
 Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. Saluran pencernaan tersebut terdiri dari rongga mulut (bibir, gigi, pipi, langit, gusi dan lidah), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan), Ventrikulus(lambung), usus halus, usus besar, rektum, anus. Selama dalam pankreas, pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung di dalam berbagai cairan pencernaan.
1.2  Perumusan masalah
1.2.1Apa pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan?
      1.2.2 Bagaimana struktur histologi rongga mulut ?
1.2.3 Bagaimana struktur histologi faring dan esofagus?
1.2.4 Bagaimana struktur histologi lambung, usus halus, dan usus besar ?


1.3       Tujuan
            1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan.
1.3.2 Untuk mengetahui struktur histologi rongga mulut.
1.3.3 Untuk mengetahui struktur histologi faring dan esophagus.
            1.3.4 Untuk mengetahui struktur histologi lambung, usus halus, dan usus besar.

1.4       Manfaat
1.4.1        Mampu menjelaskan pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan.
1.4.2        Mampu mengidentifikasi struktur histologi rongga mulut.
1.4.3        Mampu mengidentifikasi struktur histologi faring dan esofagus.
1.4.4  Mampu mengidentifikasi struktur histologi lambung, usus halus dan usus kasa

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian dan Organ Penyusun Sistem Pencernaan
            Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh metabolit-metabolit yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan bagi tubuh dari makanan yang dimakan. Sebelum disimpan atau digunakan sebagai energi, makanan dicernakan dan diubah menjadi molekul-molekul kecil yang dapat dengan mudah diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari bibir sampai dengan anus. Pada beberapa tempat mengalami dilatasi serta menempuh arah yang berliku-liku. Makanan dapat bergerak ke belakang karena adanya gerakan peristaltik, dan gerakan anti peristaltik (muntah, memamah biak) (Suwiti,2017).
Gerakan ini dimungkinkan karena adanya lapisan otot (tunica muscularis) pada dinding saluran pencernaan. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah untuk mempermudah penyerapan oleh vili usus. Sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut (di dalamnya terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah), saluran pencernaan (dimulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus), kelenjar pencernaan, hati, dan pankreas. Sistem pencernaan berfungsi untuk mencerna makanan agar bisa diserap tubuh. Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air. Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan).

2.2       Struktur Histologi Rongga Mulut
1. Rongga mulut
1.1 Bibir / Labia
Terdiri dari susunan otot kerangka dibagian luar dibungkus oleh kulit dan dibagian dalam selaput lendir kutan. Bagian luar / kulit ditandai dengan adanya rambut, kelenjar palit, kelenjar peluh dan epidermis yang bertanduk. Bagian tengah terdiri dari bagian otot kerangka. Bagian dalam berbatasan dengan rongga mulut terdiri dari selaput lendir kutan yang pada sub mukosa terdapat kelenjar. Pada domba, kambing dan karnivora kelenjar tersebut bersifat mukous. Integumentum labialis memiliki ujung-ujung saraf disamping rambut peraba (tactile hairs).





Gambar 1: Histologi Bibir

1.      Luar dibungkus kulit dgn lapisan epitel yang berkeratinisasi.
2.      Adanya rambut
3.      Sub mukosa terdapat : kelenjar palit, peluh, otot skelet, ujung saraf dan rambut peraba (Tactile hair)
4.      Lapisan dalam: selaput lendir kutan.
5.      Selaput lendir kutan domba, kambing, carnivora : bersifat mukosa.


1.2 Gigi / Dentes
Gigi mengambil peranan dalam proses pencernaan secara mekanik, misalnya memotong, merobek, menggiling dan sebagainya. Bentuk gigi erat hubungannya dengan macam makanan yang dimakan, bentuk gigi anjing dan kucing berbeda dengan gigi pemakan rumput misalnya kuda, sapi (Suwiti,2017).


Gambar 2 : Struktur Histologi Gigi
Secara mikroskopis pada gigi terdapat :
1. Lapis Email (Substantia adamantina)
Lapisan ini berwarna kebiruan padat dan paling keras dari bagian gigi lainnya. Lapisan luar ditutupi oleh kutikula yang bersifat tahan pengaruh luar tetapi sedikit rapuh. Pada gigi tipe brakhidon misalnya karnivora babi dan manusia, lapis email terbatas pada daerah mahkota saja. Pada gigi tipe hipsodon seperti gigi kuda, lapis email terdapat mulai dari mahkota sampai akar gigi bahkan mengelilingi infundibulum gigi. Pada gigi graham lapis email membentuk lipatan-lipatan. Ruminansia memiliki tipe gigi campuran, gigo pemotong tergolong brakhidon, tetapi gigi graham bertipe hispodon.
2. Lapis dentin (substansia eburnea)
Bagian utama gigi, berwarna kekuningan dan langsung membungkus pulpa gigi. Bahan mirip dengan tulang bahkan lebih keras. Bagian yang berbatasan dengan pulpa gigi terdapat susunan sel-sel dengan penjuluran panjang menyusup kedalam bagian dentin yang berkapur disebut edentoblas. Bagian yang berkapur ini mirip dengan


matriks tulang, yang mengandung serabut kolagen tersusun paralel terhadap permukaan gigi pada mahkota gigi. Jadi dentin mirip dengan tulang rawan yang terdapat kanalikuli berupa buluh dentin (dentinal tubuluh). Dentin sangat peka terhadap pengaruh makanan panas, dingin, asam dan sebagainya karena mengandung serabut saraf.
3. Lapis sementum (substansia ossea)
Lapis sementum membungkus akar gigi dan lapis email di daerah leher gigi. Yang merupakan modifikasi tulang yang memiliki lamel-lamel. Letaknya  sejajar terhadap permukaan gigi dan didalamnya terdapat lakuna dna kanalikuli, tempat bagian sel dan penjulurannya. Serabut kolagen berjalan tegak lurus terhadap permukaan gigi dan disebut serabut sharpey.
4. Pulpa gigi
Berupa rongga pada bagian dalam gigi yang diisi oleh jaringan ikat halus tanpa adanya serabut elastis, tetapi banyak saraf dan pembuluh darah rambut. Serabut kolagen disini ada dalam bentuk fibril terdapat diantara sel-sel yang saling berhubungan. Pada bagian tepi terdapat leretan sel, ondontoblas, ditandai dengan inti yang lonjong terletak di basal sitoplasmanya berbutir. Periosteum Alveolares terdiri dari jaringan ikat yang mengisi rongga antara dinding alveolus dari rahang dan akar gigi. Jaringan ini kuat tampak adanya serabut elastis. Serabut kolagen menyebrang dari dinding alveolus ke lapis sementum, sebagai alat pertautan yang cukup kokoh.

1.3  Pipi / Buccae
Pipi memiliki lapis pokok, yakni :
  • Lapis luar (Intergumentum buccales) terdiri dari otot kerangka dan kelenjar (glandula buccales), terletak pada sub mukosa bahkan diantara otot.
  • Lapis dalam, terdiri dari selaput lendir kutan. Pada anjing dan ruminansia berpigmen. Pada ruminansia terdapat papil-papil makroskopik berupa penonjolan selaput lendir yang berperan membantu pencernaan makanan.




1.4  Langit-Langit / Palatum
Ada dua yaitu : palatum molle dan palatum durum. Palatum molle terdiri dari otot kerangka di bagian tengahnya, bagian oral dibalut oleh selaput lendir kutan dan bagian aboral oleh selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris banyak baris bersilia.
Jaringan limpoid terdapat pada kedua bagian. Pada kuda dan babi membentuk tonsil dan terdapat sepasang seperti pada manusia. Sedangkan palatum durum menunjukkan rigi-rigi, karena penebalan mukosa sub mukosa mengandung pleksus venosus.



Gambar 3 : Struktur Histologi Palatum Durum dan Palatum Molle
1.5 Gusi / Ginggive
Gusi memiliki selaput lendir kutan dengan jaringan ikat yang kuat, serta banyak mengandung serabut elastis yang langsung melekat pada periost. Pada gusi tidak terdapat kelenjar dan limfonodus. Epithel pipih banyak lapis memberikan papil-papil dan memiliki stratum korneum, sednagkan ototnya terdiri dari otot kerangka.



Gambar 4 : Struktur Histologi Ginggiva
1.6 Lidah / Linguae
Lidah merupakan organ muskular yang ditutupi oleh membrana mukosa. Berperan dalam prehensi, mastikasi, dan perasa. Terdiri dari epitel squamosum kompleks dan otot kerangka dengan jaringan ikat penunjang yang banyak mengandung lemak dan pada bagian tertentu terdapat kelenjar ebner.


Gambar 5 : Struktur Histologi Lidah
Pada lidah terdapat empat macam papil (papillae linguales) yakni :
1. Papillae filiformis
Berupa penonjolan jaringan ikat dari lamina propria dengan epitel berkeratinosasi. Bentuk papil tergantung pada jenis hewannya. Karnivora memiliki bentuk paling jelas seperti kuku harimau. Bagian yang mengarah ke depan terdapat papil penunjang, yang memanjang papil primer di belakangnya. Bentuk ini paling jelas terdapat pada kucing.

Pada kuda keledai dan babi, bentuk papil besar memanjang dan tunggal. Pada ruminansia papil bercabang-cabang dengan epitel penutup berbentuk rambut, bertanduk, pendek. Ciri khas papil ini tidak memiliki putik pengecap dan kelenjar pada sub mukosa. Fungsi papil ini adalah mendorong makanan kedalam rongga mulut.
2. Papillae fungiformis.
Bentuknya mirip jamur dengan jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan saraf. Epitelnya non keratinisasi dan jarang mengandung putik pengecap, terutama pada sapi dan kuda tetapi sering tampak pada domba, kambing, babi dan karnifora.
3. Pappilae circumvallate/ papillae vallatae
Bentuknya mirip papillae filiformis tetapi lebih besar. Bersifat soliter dan memiliki alur samping cukup dalam. Oleh karenanya sering disebut alur pengecap. Lamina propria membentuk papil-papil mikroskopik dan banyak mengandung saraf serta limfosit. Pada sub mukosa dan bahkan diantara otot lidah terdapat gugus kelenjar sereus dengan saluran bermuara pada dasar alur pengecap. Kelenjar lidah ini dikenal sebagai Von ebner. Papila ini umumnya memiliki putik pengecap cukup banyak, tapi pada kucing sedikit, kecil dan terdapat pada dasar alur pengecap.
4. Papillae foliatae
Bentuknya seperti daun yang tersusun paralel dan diantaranya terdapat alur pengecap. Pada sub mukosa dan diantara otot lidah terdapat banyak kelenjar sereus yang bermuara pada alur pengecap. Pada kuda dan anjing kelenjar ebner ini snagat subur, pada kucing rudimenter, pada ruminansia dan manusia tidak memiliki. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak putik pengecap pada papil semakin banyak pula kelenjar terdapat pada sub mukosa. Dengan demikian semakin jelas peranan kelenjar ebner dalam membantu putik pengecap pada proses mengecap makanan









2.3 Struktur Histologi Faring dan Esophagus
2.3.1. Faring 
Berupa rongga dimana tujuh saluran bermuara kedalamnya. Secara histologik dibedakan atas nasofaring dan orofaring.
a. Nasofaring
Selaput lendirnya adalah selaput lendir berkelenjar, dengan epitel silindris banyak baris bersilia, dan diantaranya terdapat sel mangkok. Pada propria mukosa terebar kelenjar seromukous dan jaringan limfoid. Ujung kelenjar seromukous lebih banyak memiliki sel yang bersifat sereus.



Gambar 6: Struktur Histologi Nasofaring
b. Orofaring
Selaput lendirnya adalah selaput lendir kutan dengan banyak papil mikroskopik. Pada tunika propria terdapat kelenjar mukous dan jaringan limfoid yang membentuk tonsil. Fascia bagian dalam merupakan batas dengan selaput lendir yang terdiri dari serabut elastis. Dibawahnya terdapat lapis otot kerangka yang tersusun secara memanjang dan melintang. Fascia bagian luar terdiri dari serabut kolagen dengan sedikit serabut elastis, dan langsung berbatasan dengan adventisia yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan folikel getah bening.


Gambar 7 : Struktur Histologi Orofaring
2.3.2 Esofagus
Berupa saluran yang cukup panjang yang menghubungkan faring dengan lambung. Terbagi atas tiga daerah antara lain : pars cervicis, pars thoracis, dan pars abdominis. Esophagus memiliki lapis umum saluran pencernaan secara lengkap yaitu:

a.       Tunika Mukosa
1.      Selaput lendir kutan membentuk lipatan-lipatan memanjang. Epithel pipih banyak lapis pada herbivora bertanduk tapi pada karnivora tidak.
2.      Tunika propria tidak tampak kelenjar dan terdiri dari jaringan ikat yang banyak mengandung sel. Uskularis mukosa, terdiri dari otot polos tersusun memanjang. Pada kuda, ruminansia dan kucing lapis ini terpisah-pisah pada kira-kira setengah esophagus bagian depan, sedangkan sisanya merupakan lapisan yang utuh sebagaimana pada manusia. Pada anjing dan babi tidak tampak muskularis mukosa pada bagian depan, hanya bagian dalam rongga perut memiliki lapis yang utuh.
b.      Sub Mukosa
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah, jaringan limfoid dan kelenjar (glandula esophageae). Persebaran dari pada kelenjarnya tergantung pada daerah dan jenis hewannya. Anjing memiliki kelenjar cukup jelas, babi hanya jelas pada pertengahan esophagus, bagian belakang selebihnya sedikit dan kecil-kecil. Kuda, ruminansia dna kucing tidak memiliki kelenjar kecuali pada daerah peralihan faring dan esophagus.
c.       Tunika Muskularis
Terdiri dari otot kerangka dan otot polos tergantung pada daerahnya. Sebagian besar terdiri dari otot kerangka, kecuali daerah sepertiga bagian belakang terdiri dari otot polos. Tunika muskularis membentuk lapis melingkar (dalam), dan memanjang (luar) dan dipisah oleh jaringan ikat. Pada ruminansia dan anjing seluruh esophagus terdiri dari otot kernagka bahkan pada ruminansia meluas sampai sulcus reticuli dan rumen.
d. Tunika Adventisis
Di daerah leher esophagus dibalut oleh adventisia tetapi di daerah dada dan perut dibalut oleh serosa.






Gambar 8 : Struktur Histologi Esofagus
2.4 Struktur Histologi Lambung, Usus Halus dan Usus Kasar
2.4.1 Lambung
Dibedakan atas 2 bagian yaitu lambung depan tanpa kelenjar dan lambung belakang / lambung sejati dengan kelenjar. Dengan demikian terdapat lambung ganda misalnya pada ruminansia. Lambung Depan (Proventriculus) memiliki 3 daerah :
1. Rumen (lambung handuk)
2. Retikulum (lambung jala)
3. Omasum (lambung buku)
a. Ciri khas lambung depan :
Berselaput lendir kutan. Pada epitel pipih banyak lapis yang bertanduk terdapat gelembung-gelembung, selanjutnya disebut sel gelembung (vesiculated cell).
Tidak terdapat kelenjar pada mukosa maupun sub mukosa.

1. Rumen
Mukosa membentuk penjuluran makroskopik berbentuk batang yang hampir sama tingginya. Muskularis mukosa tidak tampak sehingga tunika propria berbatasan langsung dengan sub mukosa. Pada sub mukosa terdapat banyak pembuluh darah dan saraf tanpa adanya folikel getah bening. Sel gelembung terdapat pada stratum lucidum yang sitoplasmanya sulit mengambil zat warna. Didalamnya terdapat asam lemak dan pada sel-sel stratum corneum terdapat lipida dalam bentuk trigliserida. Tunika muskularis terdiri atas 2 lapis : lapis dalam tersusun melingkar dan lapis luar tersusun memanjang. Diantaranya terdapat jaringan ikat dengan ganglion otonom. Subserosa agak tebal dan banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah dan saraf. Lapis paling luar terdiri dari serosa.
2. Retikulum
Mukosa membentuk penjuluran makroskopis yang memberikan aspek sebagai anyaman jala. Bangun mikroskopis mukosa mirip dengan rumen, hanya pada penjuluran-penjuluran tinggi tedapat otot polos sebagai kelanjutan dari muskularis mukosa esophagus. Muskularis mukosa tidak ada.Tunika muskularis seperti pada rumen terdapat 2 lapis dengan susunan yang berbeda, dan merupakan kelanjutan dari tunika muskularis esophagus. Suleus reticuli (ventriculer groove) jelas terdapat pada hewan muda yang masih menyusui, yang secara tofografis terdapat di daerah retikulum omasum dan abomasum.
3. Omasum
Mukosa membentuk penjuluran yang tinggi. Meskipun penjuluran satu dengan lainnya tidak sama tingginya. Tidak terdapat folikel getah bening, tetapi muskularis mukosa ada dan ikut naik mengikuti penjuluran sampai puncaknya. Pada penjuluran yang tinggi otot polos dari tunika muskularis ikut naik dan pada puncak penjuluran bersatu dengan muskularis mukosa. Pada penjuluran yang rendah hanya muskularis mukosa yang baik dan menyebar membentuk balok otot polos. Pada lantai omasum didapat lipatan mukosa yang pada kambing sering ditemukan kelenjar bersifat mukous atau seromukous. Tunika muskularis ada 2 lapis : lapis luar tipis dan lapis dalam lebih tebal.



b. Lambung belakang / lambung sejati
Ciri khas :
1. Memiliki lapis umum lengkap
2. Berselaput lendir, berkelenjar dengan epithel silindris sebaris.

2.4.2  Usus
Secara umum usus berperan sebagai :
  1. Tempat terjadinya pencernaan akhir dengan bantuan enzyma dari usus dan pankreas serta empedu dari hati.
  2. Tempat penyerapan dari bahan-bahan yang telah dicerna yang diperlukan tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
  3. Melakukan / membuang ampas-ampas pencernaan
a. Usus halus (intestinum tenue)
Terdiri dari : duodenum , jejunum, dan ileum. Ciri umum : berselaput lendir berkelenjar yang membentuk vili untuk kelancaran penyerapan. Memiliki 3 macam sel pada epitel permukaan yakni : sel penyerap, sel mangkok dan sel argentafin. Memiliki lapis umum lengkap.
Secara mikroskopis tunika mukosa memiliki 3 lapisan yakni :
- stratum villosum merupakan lapisan yang terdiri dari villi tanpa kelenjar.
- Stratum glandulare memiliki lapis tunika propria yang mengandung kelenjar Liberkhun.
- Stratum subglandulare merupakan bagian tunika propria yang bebas kelenjar langsung diatas muscularis mucosa. Pada karnivora dibedakan 2 strata yakni stratum granulosum dan stratum compacticum.
Macam-macam sel pada epitel permukaan usus halus :
1. Sel penyerap (absortive cells)
Lamina epiteliasis mukosa dikenal sebagai epitel penyerap pada usus halus. Bentuknya silindris tinggi dan permukaan kutub bebasnya diperlengkapi dengan streated (mikrovili) border. Pada sitoplasma dibawah streated border bebas organoida dan para plasma lapisan ini disebut terminal web. Organoida sel terdapat dibawah terminal web misalnya kitokhondria, agranular, endoplasmik retikulum. Apparatus golgi terletak supra nuklear. Dalam sitoplasma daerah kutub basal tersebar mitokhondria, granular RES dan ribosoma bebas.
2. Sel mangkok (Goblet cells)
Tersebar secara tidak teratur diantara sel penyerap dan melekat dengan juxtaluminal junctional complex. Sel ini dianggap kelenjar uniselular, daerah kutub bebas membesar karena menimbun butir musigen. Secara mikroskop elektron granular endoplasma retikulum dan aparatus golgi cukup jelas, terdapat antara musigen dan inti. Butir musigen muncul dari apparatus golgi dan memiliki selaput halus yang mudah pecah pada sediaan rutin, mempunyai tendensi untuk menggembung sehingga sulit untuk mempelajari mekanisme sekresinya. Pada usus halus sel mangkok semakin kebelakang semakin banyak dan menghasilkan mukous (lendir sebagai pelicin).
3. Sel Argentafin
Terdapat pada semua hewan piara pada sepanjang saluran gastrointestinal, khususnya pada epitel kelenjar lieberkuhn dan kelenjar duodenum. Juga tersebar pada epitel penyerap di daerah Crypto of Lieberkhum, sel argentafin dibedakan dari sel lainnya karena memiliki spesifik granula dalam sitoplasmanya dan tersebar secara soliter. Fungsi : belum jelas tetapi terdapat anggapan bahwa serotonin yang dikandungnya memiliki daya rangsang neuromuskular apparatus untuk meningkatkan peristaltik.
4. Sel Paneth
Pada usus halus paneth tersebar pada dasar ujung kelenjar lieberkhum selnya berbentuk silindris atau piramidal inti bulat terletak di basal. Sitoplasmanya bersifat basofil dan pada kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekreta yang dapat diwarnai dengan eosin dan orange.
Secara histokimia dibuktikan adanya protein, hidrat arang dan arginin dalam butir sekreta. Peranannya belum jelas, pada tikus sekreta mengandung sulfatid mucosakharida dan protein dasar yang diduga mengandung lisosim suatu ensym yang menghancurkan kuman. Bila pendapat ini benar jelas adanya efek bakterisid dari sel paneth. Selain pada usus halus sel paneth terdapat pada usus halus dan caecum. Carnivora dan babi tidak memiliki sel paneth ( Suwiti,2017)
·         Villi Usus (Villi Intetinales)
Vili merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sedangkan mekanisme penyerapan dilakukan oleh sel-sel penyerap. Pada tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh darah dan saraf. Tunika propria banyak mengandung serabut elastis, leukosit dan otot polos yang bersifat soliter. Resorbsi lemak ditampung dalam pembuluh khil dan sisanya dalam pembuluh darah
Villi hanya terdapat pada usus halus.
  • Tunika muskularis
Pada sepanjang saluran gastrointestinal yang melakukan gerakan peristaltik, memiliki dua lapis otot polos yakni lapis sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua lapis terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh daerah misenterik pleksus dengan kelompok sel saraf multipolar. Kelompok yang besar disebut ganglion pleksus Auerbach terletak pada stratum intermuskulare. Dari sini keluar cabang yang berhubungan dengan ganglion pleksus Meisner yang terdapat pada submukosa. Pleksus Auerbach memberikan serabut menuju otot polos yang membentuk tunika muskularis, sedangkan pleksus Meisner memberikan cabang pada selaput lendir. Saluran gastrointestinal dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang terdiri dari kelompok parasimphatikus.
Usus halus yang terdiri dari : Duodenum, Jejunum dan Ileum ditandai dengan adanya villi, sedangkan pada usus kasar tidak ada villi. Duodenum memiliki kelenjar Brunner dan Ileum memiliki daun peyer disamping tunika muskularis yang lebih tebal. Umumnya tebal tunika muskularis meningkat dalam menuju ileum, kecuali pada sapi yang semakin menipis.


           

Gambar 9: Struktur Histologi a. Ilium b.rectum c. Jejunum
Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabsorpsi. Pencernaan lipida terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Asam-asam amino dan monosakarida yang erasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi oleh sel-sel epitel melalui transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Pada binatang yang baru lahir pemindahan protein yang tidak dicernakan dari kolostrum terjadi sebagai akibat proses pinositosis pada ujung sel. Kemampuan untuk memindahkan protein ini hampir hilang seluruhnya setelah beberapa hari minimal pada dewasa.
Pergerakan mikrovilli memegang peranan penting dalam proses absorpsi metabolit. Sering kali limfosit terdapat antara sel-sel epitel usus halus yang kemudian dapat bermigrasi kembali ke lamina propria dan dari sini kembali ke pembuluh limfe.
b. Usus Kasar (Intestinum crassum)
Fungsi utamanya adalah : menyerap air, menyerap vitamin dan mineral, menghasilkan lendir sebagai pelicin. Ciri umum memiliki lapisan umum lengkap Tunika mukosa relatif lebih tebal dari usus halus serta tidak memiliki villi. Tidak memiliki sel mangkok dan ujung kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang.
1. Caecum
Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang berbeda. Pada herbivora dengan lambung tunggal misalnya kuda, caecum relatif besar dan penting dalam proses fermentasi bakteri. Tetapi pada karnivora kecil, hewan peliharaan, nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan villi, struktur yang lain sama dengan usus halus.
2. Colon
Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis mukosa. Pada caecum dan colon lebih banyak dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos.


Gambar 10.  Struktur Histologi Colon
3. Rectum
Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung terjadi penambahan sel goblet. Serabut elastis sangat banyak pada kuda dan sapi, dan pada kambing domba dan biri-biri sedikit berkurang. Permukaan luar dan dalam mengandung serabut elastis. Semua hewan piara memiliki flexus venosus pada lamina propria.
4. Anus
Di daerah anus epitel berubah menjadi epitel pipih banyak lapis dengan papil mikroskopik dan pada garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus.
Lamina propria tidak menunjukkan papil mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan limfonodulus dan otot polos.

BAB 3
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            System pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar pencernaan yang dapat membantu proses pencernaan sehingga menghasilkan metabolit. Salurannya dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung,usus halus dan usus kasar.
3.2       Saran
            Diharapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan dapat lebih mengetahui dan memahami
           



DAFTAR PUSTAKA

Suwiti,2017. Sistem Pencernaan

Anonimous, 2015. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.www.ebiologi.com

Anonimous,2014. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.www.pintarbiologi.com

Anonimous,2015. Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan. anauhibubiologi.weebly.com

Anni Nurliani dkk, 2014. Jurnal Veteriner Juni 2014. Residu Gula Glikokonjugat pada Lambung Depan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Kalimantan Selatan.

Zainuddin dkk. Jurnal Medika Veterinaria. Gambaran Histologi Kelenjar Intenstinal Pada Duodenum Ayam Kampung (Gallus domesticus), Merpati (Columba domesticus) dan Bebek (Anser anser domesticus)

Suwiti dkk, 2010. Jurnal Buletin Veteriner Agustus 2010 .Studi Histologi Usus Besar Sapi Bali.





Sabtu, 25 Maret 2017

anatomi vet.I muskulus thorax dan abdomen

ANATOMI VETERINER I
MUSCULUS THORAKS dan ABDOMEN
OLEH:
KELAS A, KELOMPOK 6
Ach. Moh. Abd. Muhsi         (1609511097)
Ade Hary Wiweka                (1609514084)
I Gusti Ngurah Gede A.K.   (1609511098)
Dharma Audia S.                  (1609511099)
Melinda Bellantari                (1609511100)
Maria Natalia Nini K.           (1609511101)
I Komang Ariwindhu S.       (1609511102)
Faccettarial Cylon M.M.      (1609511103)
I Dewa Agung Irma A.         (1609511104)
Ni Kadek Chris Nariasih      (1609511105)
Putu Kreshna Medha           (1609511106)
Ade Hary Wiweka                (1609514084)




LABORATORIUM ANATOMI VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNUD
DENPASAR
2016

Kata Pengantar
         Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Musculus Thoraks dan Abdomen". Selama pembuatan makalah pun kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terima kasih kepada Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si , Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si , dan Dr.drh. Ni Nyoman Werdi Susari, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Anatomi Veteriner I.
         Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terimakasih
Denpasar, Desember 2016


  


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang       
            Secara etimologi, anatomi berarti membedah/memotong bagian dari tubuh. Anatomi berasal dari bahasa latin: “anatomia” yang berarti pembedahan. Dari Yunani/Greek: “anatome”, dari “anatemnein” yang berarti membedah, akar kata “ana” berarti memisahkan dan “temnein” yang berarti memotong.
            Metode pembelajaran utama di bidang anatomi yaitu secara sistematik (anatomi sistematika), secara topografi (anatomi topografi/anatomi regional), dan terapan (anatomi terapan/applied anatomy). Anatomi sistematika akan mempelajari bahwa tubuh tersusun atas system organ atau apparatus yang memiliki asal dan struktur yang serupa dan saling berkaitan dalam melaksanakan suatu fungsi tertentu. Anatomi sistematika meliputi :
1.         Osteologi(deskripsi rangka (tulang dan kartilago))
2.         Sindesmologi(deskripsi persendian)
3.         Miologi(deskripsi otot)
4.         Splanchnology(deskripsi organ viscera meliputi organ digestus, respirasi,         urogenital, peritoneum, dan kelenjar)
5.         Angiologi(deskripsi organ sirkulasi meliputi jantung, arteri, vena, system life, dan limpa)
6.         Neurologi(deskripsi system saraf)
7.         Organ sensoris(menghubungkan individu dengan lingkungan)
8.         Common integument/kulit.
            Dari cabang ilmu anatomi sistematika tersebut kelompok kami akan menjelaskan tentang myologi khususnya pada otot daerah thoraks dan abdomen.
            Kata Myologi berasal dari asal kata “myo” yang berarti otot dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi myologi adalah bagian ilmu dari anatomi yang membahas susunan otot. Menurut morfologi, otot digolongkan menjadi otot polos, otot jantung, dan otot lurik/otot rangka. Sedangkan menurut fungsinya, otot dikelompokkan menjadi otot tak sadar (yang kerjanya diluar kontrol keinginan kita) yaitu otot polos dan otot jantung dan otot sadar (yang kerjanya dibawah kontrol keinginan), yaitu otot skeleton. Adapun fungsi dari otot yaitu sebagai alat gerak aktif, sebagai alat pemelihara keseimbangan, pembentuk dinding rongga tubuh. Pentingnya fungsi dari otot tersebut, maka kelompok kami akan menjelaskan tentang otot khususnya otot daerah thorax dan abdomen.
1.2       Tujuan
            Adapun tujuan dari mempelajari otot daerah thorax dan abdomen yaitu :
1.         Mengetahui otot penyusun bagian thorax dan abdomen
2.         Mengetahui struktur bagian thorax dan abdomen
3.         Mengetahui fungsi masing-masing otot thorax dan abdomen
1.3       Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari mempelajari otot daerah thorax dan abdomen :
1.         Menambah pengetahuan
2.         Mahasiswa menjadi tahu strukstur penyusun otot daerah thorax dan abdomen
3.         Mahasiswa mengerti fungsi dari masing-masing oto penyusun thorax dan        abdomen.


BAB 2
MATERI DAN METODE
2.1       Materi
            Materi yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah :
1.      Kadaver anjing
2.      Pinset
3.      Skapel
4.      Beberapa literature yang berkaitan dengan materi paper (atlas anatomi veteriner dan bahan bacaan yang menunjang).
            Anjing (cadaver) digunakan secara langsung untuk mengamati musculus  thoraks dan abdomen. Beberapa literatur juga digunakan untuk menunjang pengamatan cadaver seperti atlas anatomi veteriner dan bahan bacaan agar kita dapat lebih memahami tentang Musculus Thoraks dan Abdomen.
2.2       Metode
            Metode penulisan yang digunakan adalah metode pengamatan preparat secara langsung dan metode kepustakaan. Melalui pengamatan preparat kadaver anjing yang ada di laboratorium anatomi veteriner Universitas Udayana kami dapat mengidentifikasi bagian-bagian dari musculus thoraks dan abdomen.
            Pengamatan terhadap kadaver anjing dilaksanakan mulai bulan November hingga Desember pada saat praktikum anatomi veteriner 1 di Laboratorium Anatomi Universitas Udayana. Setelah preparat diidentifikasi kemudian dianalisis dan diberi keterangan. Setelah itu kami sebagai penulis melakukan studi literature untuk menambahkan materi dan informasi  yang kurang pada pengamatan preparat.


=

BAB 3
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1       Pembahasan
Gambar 1. Musculus Thoraks dan Abdomen tampak Lateral


            3.1.1    M. Cutaneus Trunci
                        Otot ini merupakan otot yang terluas di tubuh, menutupi dinding lateral dan ventral daerah dada dan perut. Ke anterior, otot ini dilanjutkan sebagai M. Cutaneus Omobrachialis. Otot ini berfungsi untuk menggerakkan kulit dinding perut dan pinggang.
            3.1.2    M. Latissimus Dorsi                                                   
            Otot lebar, berbentuk segitiga dan menutupi dinding laterodorsal thorax. Serabut otot ini di cranial menutupi Angulus Caudalis dari Os. Scapula. Origo pada pemamah biak disebut Fascia Lumbodorsalis dan Costale 9 – 12, sedangkan pada kuda disebut Fascia Lumbodorsalis, dan pada insertio adalah Tuberositas Teres Major. Adapun fungsi dari M. Latissimus Dorsi yaitu :
Ø  Retractor kaki muka bila tubuh sebagai titik tetap
Ø  Protractor tubuh bila kaki muka sebagai titik tetap
Ø  Fikstor scapula
Gambar 2. M. Cutaneus Trunci dan M.Latissimus Dorsi tampak lateral


            3.1.3    M. Serratus Ventralis Cervicis
Origo       : pemamah biak : proc. Transverses C 3 – 7
Kuda        : proc. Transverses C 4 – 7
Insertio    : facies serrata bagian anterior
Fungsi      : - Menarik basis scapula ke arah leher
                 - Mengangkat leher/membengkokkan leher ke lateral
            3.1.3    M. Serratus Ventralis Thoracis
Origo               : pememah biak dari os Costale 1 – 7/8
Kuda               : Facies Lateralis dari os Costale 1 – 8/9
Insertio            : Facies Serrata bagian posterior
Fungsi             : - menarik basis os scapula ke caudal
                          - Sebagai otot inspirasi dalam keadaan memaksa
Gambar 3. M. Serratus Cranialis Cervicis & Thoracis

            3.1.4    M. Serratus Dorsalis Cranialis
Otot ini adalah otot tipis berbentuk quadrilateral dan terletak di profundal M. Rhomboideus Thoracis, M. Serratus Ventralis Thoracis dan M. Latissimus Dorsi. Arah serabut dari otot ini adalah caudoventral.
Origo   : Ligamentum Dorsoscapulare
Insertion          : kuda              : Facies Lateralis dari os Costale 5 - 11
                          Sapi               : Facies Lateralis dari os Ccostale 5/6 – 8/9
                          Kambing       : Facies Lateralis dari os Costale 4 – 6
            3.1.5    M. Serratus Dorsalis Caudalis
            Otot ini mempunyai arah serabut cranioventral dan bentuknya mirip dengan m. serratus dorsalis cranialis. Otot ini terletak di dorsal os costale terakhir. Fungsi dari musculus ini adalah ekspirasi.
Origo   : Fascia Thoracolumbar
Insertio            : Kuda                                     : Facies Lateralis dari os Costale 11 – 8
                          Pemamah biak           : Facies Lateralis dari os Costale 9 – 13
            3.1.6    M. Scalenus Dorsalis
            Otot ini tidak ditemukan pada domba.
Origo   : Processus Tranversus dari ossa Vertebre Cervicalis 4 – 6
Insersio            : -Sapi : os Costale 4
                          -Kambing : os Costale 2
Fungsi   : - Flexor leher ke ventral bila bekerja bilateral dan flexor leher ke lateral bila bekerja monolateral
- Inspirator jika leher menjadi titik tetap, terutama M. Scalenus Dorsalis
            3.1.7    M. Scalenus Ventralis
Origo               : Processus Transverses dari ossa Vertebrae Cervicales
Insertio            : os Costale 1
            3.1.8    M. Rectus Thoracis
            Otot ini merupakan otot yang tipis dan terletak di sebelah profundal m. pectoralis profundus, dengan arah serabut caudoventral dan berfungsi sebagai inspirator
Origo : di setengah ventral os Costale pertama (di ventral insertio m. Scalenus)
Insertio : Cartilago Costales ke 3–4 atau 5
            3.1.9    M. Pectoralis Profundus
            Otot ini juga dibagi menjadi dua bagian yaitu M. Subclavius dan M. Pectoralis Ascendens. Pada kuda, kedua otot ini tidak berkembang.
1.         M. Subclavius (pars praescapularis, anterior)
Origo : Cartilago Costae 1 – 4 dan sisi lateral sternum anterior
Insertio : Aponeurose yang menutup bagian dorsal M. Supraspinatus dan Fascia Scapularis
2.         M. Pectoralis Ascendens (pars humeralis, posterior)
Origo : Tunica Flava Abdominis, Cartilage Xiphoidea, Cartilago Costalis 4-9
Insertio : Tuberculum Majus et Minus dari os Humerus
        Pada pemamah biak, M. Pectoralis Ascendens ini lebih berkembang dibandingkan dengan M. Subclavius, kedua otot ini pembagiannya tidak begitu jelas. M. Pectoralis Ascendens ini pada pemamah biak dulu disebut juga sebagai M. Pectoralis Profundus pars Abdominalis.
Origo : Tunica Flava Abdominis, Costale 2 (sapi) dan Costale 3 (kambing)
Insertio : Tuberculum Majus et Minus dari os Humerus
Fungsi :
      -  Adductor dan retractor kaki muka                              
-       Protractor tubuh bila kaki muka sebagai titik tetap
-       Otot penggantung tubuh
            3.1.10  M. Pectoralis Superfisialis
Bersama-sama dengan M. Pectoralis Profundus, otot ini menghubungkan bagian ventral dinding dada dengan kaki muka dan merupakan bagian dari otot-otot penggantung tubuh bersama-sama dengan M. Serratus Ventralis. Otot ini dibagi menjadi 2 bagian :
a.          M. Pectoralis Descendens (Pars Clavicularis, Anterior)
        Otot ini tebal, pendek bulat dan mudah teraba sebagai suatu bungkul dan bagian ventro-anterior dada. Diantara kedua M. Pectoralis Descendens kanan dan kiri membentuk suatu lekukan yaitu legok dada tengah, sedangkan dengan m. brachiocephalicus, otot ini membentuk legok dada sisi.
Origo   : Cartilage Manuburii
Insertio : Tuberositas Deltoidea, Crista Humeri dari os Humerus
b.         M. Pectoralis Tranversus
        Otot ini merupakan otot yang lebar, membentang dari sisi ventral Os Sternum ke Facies Medialis daerah siku.
Origo   : Crista Sterni dan os Costale 1 – 6
Insertio : Fascia Antebrachii
Fungsi : sebagai adductor kaki muka dan otot penggantung tubuh
Gambar 4. M. Scalenus, M. Pectoralis

            3.1.11  M. Obliqus Abdominis Eksterna
Otot ini merupakan otot dinding perut yang paling superficial dan paling luas. Serabut otot ini mengarah caudoventral dan permukaannya tertutup tunica flava. Sebagian origo otot ini berbatasan dengan gigi-gigi dari insertio M. Serratus Ventralis Cervicis. M. Obliqus Abdominis Externa ini terdiri dari atas pars muscularis dan pars aponeurose.
Pars muscularis, bagian otot yang berupa otot dan terdapat di dinding lateral dada dan perut. Sedangkan Pars aponerose, merupakan bagian kea rah insertio. Bagian ini terbagi   dua :
a.         Daun urat perut, bagian yang bertemu di garis ventromedian pada linea           alba
b.          Daun urat panggul, terbagi menjadi dua lapis yaitu lamina femoris yang         menuju ke bagian medial paha dan lapisan yang melengkung ke dorsal,             kemudian bertaut ke tuber coxae, tendo prepubicus dan os ilium sebelah            lateral.
Origo   : facies lateralis dari lima os costale terakhir
                           Insertio : linea alba, tendo prepublicus, tuber coxae, os. ilium dan fascia femoris medialis
Fungsi : -Menahan viscera pada tempatnya dan menekan viscera untuk membantu defekasi, urinasi, melahirkan, batuk, dan expirasi yang berat
-Flexor punggung ke lateral bila bekerja monolateral
-Flexor punggung bila bekerja bilatera
            3.1.12  M. Obliqus Abdominis Eksterna
            Otot ini merupakan otot dinding perut lapis kedua dari superficial. Arah serabut otot ini adalah cranioventral.
Origo   : tuber coxae, fascia didekat ligamentum inguinalis
Insertio : cartilage costalis (fascies medialis), Linea alba dan tendo prepubicus
Fungsi :- Menahan viscera pada tempatnya
           -Menekan viscera untuk membantu defekasi, urinasi, melahirkan,     batuk, dan expirasi yang berat
           -Flexor punggung ke lateral bila bekerja monolateral
           -Flexor  punggung bila bekerja bilateral
            3.1.13 M. Transversus Abdominis
            Arah serabut dari otot ini adalah tranversal dan tegak lurus terhadap serabut M. Rectus Abdominis. Otot ini terletak disebelah profundal dari M. Rectus Abdominis, merupakan ketiga dinding perut dari superficial dan aponeurose-nya  menjadi kelupak rectus sebelah dalam. Permukaan profundal otot ini dilapisi oleh fascia tranversalis.
Origo : fascia profunda di daerah lumbal ( pertautan tidak langsung ke processus tranversus dari os vertebrae lumbales 1 – 5, facies medial dari os costale asternalis
Insertio : linea alba
Fungsi : menekan os costale dan secara tidak langsung menekan viscera
            3.1.14  M. Intercostalis Externa
            Otot ini mengisi ruang antara ossa costales (spatium intercostale), dengan arah serabut caudoventral.
Origo   : margo caudalis dari ossa costales
                           Insertio   : margo anterior dan facies lateralis dari ossa costales yang berada di sebelah caudo origonya.
                  Fungsi : inspirator dengan menarik seluruh bagian ossa costales ke cranial.
            3.1.15  M. Intercostalis Interna
            Otot ini terletak di profundal dari m. intercostales externi yang mempunyai arah serabut cranioventral.
Origo               : margo cranialis dari ossa costale
Insertio            : margo caudalis dari ossa costale disebelah cranial origonya
Fungsi             : expirator dengan menarik seluruh bagian ossa costales ke caudal
Gambar 5. M. Intercostalis

            3.1.16  M. Resctus Abdominis
M. Rectus Abdominis ini mempunyai arah serabut longitudinal. Otot ini disilang oleh berkas-berkas serabut urat tranversal yang disebut intersections tendineae. Serabut urat ini berfungsi untuk memperkuat otot dan mengikat serabut-serabutnya agar tetap kompak dan tidak mudah tercerai-berai. Intersections tendineae ini pada kuda berjumlah 9 – 11 baris, domba/kambing 7 baris dan sapi 5 baris. Pada sapi di dekat intersections tendineae kedua terdapat suatu foramen untuk masuknya vena epigastrica cranialis superficialis(vena subcutanea abdominis) Intersectines tendineae ini bersatu dengan kelupak luar dari m. rectus abdominis.
Origo   : cartilago costales 4 – 9, cartilago xiphoidea
Insertio : tendo prepubicus
Fungsi : membantu M. Obliqus Abdominis Externus, terutama untuk flexor punggung
            3.1.18  M. Longissimus Thoracis et Lumborum
            M. Longisimus Thoracis ini merupakan bagian dari M. Longissimus yang terbentang dari caudal os Occipitale sampai ke os Sacrum dan os Illium. Mm. Longissimi ini dinamakan berdasarkan letaknya :
a. M. Longissimus Capitis et Atlantis
b. M Longissimus Cervicis, pada kuda otot ini terletak di dorsal leher
c. M. Longissimus Lumborum, terletak di daerah dorsal daerah lumbal
            Otot ini mengisi daerah antara processus spinosus (medial) dan processus transverses dan extremitas vertebralis dari os costale (lateral). Otot ini mempunyai  arah serabut cranioventral, berjalan dari processus spinosus ke processus tranversus dan os costale.
Origo   : - tuber coxae, tuber sacrale dan cristailiaca dari os ilium
            -processus spinosi dari os. sacrum 1 – 3
            -processus spinosi dari ossa vertebrae lumbales
            -processus spinosi dari ossa vertebrae thoracicae 14 – 18 (kuda) dan           13 (sapi)
insertio : - processus transversus dan processus articularis dari ossa vertebrae           lumbales
            -processus tranversus, dari ossa vertebrae thoracicae
            -facies lateralis dari ossa costales
Fungsi : - extensor punggung dan pinggang bila bekerja bilateral
            -flexor punggung ke lateral bila bekerja monolateral
            -membantu otot pernafasan sebagai ekspirator
            3.1.19  M. Spinalis et Semispinalis Thoracis
            Serabut otot ini mengarah ke craniodorsal, sebagian serabut lainnya juga berjalan sagital. Otot ini terdiri atas :
a.      M. Spinalis, terdiri dari bagian thoracis dan cervicis dengan serabut yang berjalan dari Processus Spinosus ke processus Spinosus Spinosus dari ossa vertebrae thoracicae et cervicis
b.      M. Semispinalis, terdiri atas bagian thoracis, cervicis, dan capitis. Otot ini berjalan dari processus tranversus ke processus spinosus dari ossa vertebrae thoracicae et cervicis
Fungsi : - extensor punggung bila bekerja bilateral
            - Flexor punggung ke lateral bila bekerja mono lateral
Gambar 6. M. Longisimus Thoracis & M. Spinalis et Semispinalis

            3.1.20  M. Illiocostalis                                                                                     
            Pada hewan piara selain otot ini, juga terdapat dua otot lain sebagai kelanjutannya ke cranial dan caudal yaitu M. Iliocostalis Cervicis dan M. Iliocostalis Lumborum. Otot ini terdiri berkas-berkas panjang yang melewati 3 – 4 os costale dengan arah serabut cranioventral. Pada pemamah biak, otot ini ini ke caudal dilanjutkan menjadi M.Iliocostalis Lumborum, sedangkan ke cranial menjadi M. Iliocostalis Cervicis. Kedua M.Iliocostalis Thoracis dan M. Iliocostalis dinamakan juga sebagai M. Longissimus Costarum.
            3.1.21  M. Diafragma
            M. Diafragma merupakan otot lebar dan tunggal yang memisahkan cavum thoracis (ruang dada) dan cavum abdominis (ruang perut). Otot ini terdiri atas :
a.          Pars muscularis, terletak di sisi dan dapat dibagi lagi berdasarkan pertautannya :
1.      Pars costalis, yaitu bagian yang bertaut ke cartilago costalis ke 8, 9 dan 10. Di caudal os costale ke 10. Otot ini melekat os costale, semakin ke caudal, pars cosralis ini semakin jauh dari extremitas sternalis dari os costale.
2.      Pars sternalis, bagian ini bertaut di cartilago xiphoidea
3.      Pars lumbalis, crus dextrum bagian ini bertaut pada ossa vertebrae lumbales 1 – 4/5, sedangkan crus sinistrum bertaut di ossa vertebrae lumbales 1 – 2.  
b.         Centrum tendineum merupakan serabut-serabut urat berbentuk seperti kipas ditengah diafragma.
        Diafragma mempunyai dua permukaan yaitu facies thoracis yang berbentuk sangat cekung (konveks) dan tertutup selaput pleura. Sedangkan facies abdominis berbentuk cembung  (konkaf) dan dilapisi oleh peritoneum. Diafragma ditembus oleh tiga foramina, yaitu :
1.         Hiatus aorticus untuk lewatnya aorta, vena azygos dan cysterna chili
2.         Hiatus esophagus, merupakan tempat lewatnya esophagus dan nervus vagus
3.         Foramen venae cavae, lubang untuk tempat lewatnya vena cava caudalis
Fungsi : inspiratos yang utama, jika pars muscularis berkontraksi, maka diafragma yang cranial konveks menjadi datar, dengan demikian cavum thoracis menjadi meluas.




DAFTAR PUSTAKA

Dewa Nyoman Alit Purnata et all, 2014. hartinasamo.blogspot.co.id diakses pada Desember