Sabtu, 25 Maret 2017

pratikum fisiologi vet.I natif darah

I.                   PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
Darah merupakan cairan extracellular, bersifat :
1.      Viskous : 1.7;
2.      Beredar dalam pembuluh tertutup;
3.      Secara makroskopis berwarna merah, dan  tidak tembus cahaya;
4.      Mempunyai  pH 7.38.
Fungsi darah :
1.      Sebagai alat transport dalam tubuh.
2.      Homeostasis: membantu mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh,
3.      Termoregulasi: membantu  mempertahankan  temperatur  tubuh,
4.      Keseimbangan asam–basa: mengatur kadar H+ tubuh.
5.      Pertahanan: produksi leukosit untuk membunuh mikroorganisme.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1.      Sel-sel darah
a.       Eritrosit
b.      Leukosit
c.       Trombosit
2.      Plasma darah
Sediaan natif darah dan sediaan apus darah dilakukan untuk dapat mengamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, dan jarang ditemukan pada darah sapi, kambing, dan domba.
Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif,misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang diantara sel-sel darah. Dengan mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa misalnya, Giemsa,Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah,dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih.
1.2. Materi dan Metode
Alat dan bahan
·         Darah segar dan antikoagulsasi
·         NaCl fisiologi
·         Cat giemsa dan buffer fosfat
·         Xylol dan metanol
·         Kaca benda (object glass) dan penutup (cover glass)
·         Mikroskop
·         Minyak
·         Tisu
·         Alat tulis dan buku penuntun praktikum
Metode
·         Apus: usapan pada obyek glass.
·         Identifikasi: dengan pengecatan Giemsa.

1.3  Tata Kerja
A.    Sediaan apus darah
a.      Teknis pembuatan sedian apus darah
1)      Disiapkan dua gelas benda yang bersih dari lemak atau minyak (dibersihkan dengan kertas tisu yang dibasahi dengan alkohol 70%)
2)      Diteteskan darah di ujung kanan pada gelas benda ke-1, dan gelas benda tersebut dipegang dengan ibu dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke-2 dipegang dengan ibu dan telunjuk jari kanan. Lalu diletakkan salah satu ujung datar gelas benda ke-2 pada sebelah kiri tetesan darah tadi sehingga membentuk sudut 30o (semakin besar sudut, semakin tebal sediaan apusnya).
3)      Benda gelas ke-2 ditarik tersebut ke kanan sampai menyentuh tetesan darah, kemudian ditunggu hingga darah merata keseluruh sudut gelas. Gelas ke-2 didorong (gelas yang di tangan kanan) tanpa mengangkatnya bila sudah rata, maka akan terbentuk lapisan atau sedian apus darah yang tipis.
4)      Dikeringkan sediaan apus di udara bebas (dikipas-kipaskan), kemudian diwarnai dengan Giemsa.
b.      Teknis pewarnaan Giemsa
1)      Diteteskan apus darah yang kering dengan metanol untuk fiksasi selama 5 menit.
2)      Dikeringkan dengan cara dikipas-kipaskan, dan diletakkan di atas rak bak pencuci setelah kering.
3)      Ditetesi dengan cat Giemsa sampai merata di atas apus darah, dan ditunggu selama 30 menit.
4)      Sediaan tersebut dialiri dengan air yang mengalir dari keran atau pipet sehingga cat Giemsanya bersih.
5)      Dileringkan kembali dengan cara dikipas-kipaskan atau diisap dengan tisu.
6)      Ditetesi dengan minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop.

B.     Mengidentifikasi sel darah putih atau leukosit dengan memperhatikan secara seksama ciri-ciri sel tersebut.
a.       Agranulosit = sel lebih besar daripada granulosit, meliputi :
-          Limfosit: inti bulat biru tua berada ditengah, sitoplasma sedikit.
-          Monosit: inti melekuk (seperti tapal kuda), warna biru tua, sitoplasma banyak.
b.      Granulosit = sel lebih kecil dari pada agranulosit, meliputi :
-          Neutrofil: granula di plasma warna biru muda, inti berlekuk (3-4 segmen bila sudah tua), seperti batang (bila masih muda)
-          Basofil: granula di plasma warna biru tua, inti berlekuk dengan rata-rata memiliki 2 segmen.
-          Eosinofil: granula di plasma kemerahan, inti berlekuk rata-rata bersegmen 2.






II.                HASIL PENGAMATAN

Identifikasi Butir Darah Putih:
No.
Gambar
Keterangan

1.
a. Limfosit





b. Monosit


Inti: Bulat
Plasma: Sedikit












Inti: Berlekuk
Plasma: Banyak










2.
a. Neutrofil






b. Basofil
     (Tidak ditemukan)




c. Eusinofil






Inti: Berlekuk (Seperti Tapal Kuda)
Plasma:Bergranula, Keunguan/kebiruan


















Inti: Berlekuk
Plasma:Bergranula, kemerahan













III.             PEMBAHASAN

Pada praktikum sediaan apus darah untuk mengidentifikasi butir darah putih kami menemukan limfosit, monosit, neutrofil, dan eusinofil sesuai dengan bentuk dan wujud yang sudah di jelaskan oleh dosen pembimbing. Bersamaan dengan itu, kami dapat menemukan adanya keping darah. Namun, pada praktikum ini, kelompok kami tidak bisa menemukan sel darah putih basofil. Kemungkinan kelompok lain banyak yang menemukannya. Perbedaan hasil yang kami dapatkan ini disebabkan oleh sampel darah yang kami gunakan berbeda-beda, bergantung dari siapa yang mewakili masing-masing kelompok dalam menyumbangkan darah segarnya untuk kepentingan praktikum.
  
IV.             KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kami ,maka kami dapat membuat kesimpulan ;
·         Hanya sel darah putih limfosit yang memiliki inti bulat dan tidak berlekuk. Sisanya monosit, neutrofil, eusonofil dan basofil intinya memiliki lekukan.
·          Sel darah putih limfosit, basofil, dan neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki prosentase lebih banyak.

KEPUSTAKAAN

http://fredi-36-a1.blogspot.co.id/2009/11/laporan-praktikum-fisiologi-veteriner_15.html. (Diakses: 30 September 2016)
Akbar, Chaerul. http://www.chaerulakbar.net/2012/01/peredaran-darah-natif-praktikum-1.html. (Diakses: 30 September 2016)
http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/sediaan-apus-darah.html (Diakses: 30 September 2016)







 I.                   PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
Darah merupakan cairan extracellular, bersifat :
1.      Viskous : 1.7;
2.      Beredar dalam pembuluh tertutup;
3.      Secara makroskopis berwarna merah, dan  tidak tembus cahaya;
4.      Mempunyai  pH 7.38.
Fungsi darah :
1.      Sebagai alat transport dalam tubuh.
2.      Homeostasis: membantu mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh,
3.      Termoregulasi: membantu  mempertahankan  temperatur  tubuh,
4.      Keseimbangan asam–basa: mengatur kadar H+ tubuh.
5.      Pertahanan: produksi leukosit untuk membunuh mikroorganisme.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1.      Sel-sel darah
a.       Eritrosit
b.      Leukosit
c.       Trombosit
2.      Plasma darah
Sediaan natif darah dan sediaan apus darah dilakukan untuk dapat mengamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, dan jarang ditemukan pada darah sapi, kambing, dan domba.
Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif,misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang diantara sel-sel darah. Dengan mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa misalnya, Giemsa,Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah,dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih.
1.2. Materi dan Metode
Alat dan bahan
·         Darah segar dan antikoagulsasi
·         NaCl fisiologi
·         Cat giemsa dan buffer fosfat
·         Xylol dan metanol
·         Kaca benda (object glass) dan penutup (cover glass)
·         Mikroskop
·         Minyak
·         Tisu
·         Alat tulis dan buku penuntun praktikum
Metode
·         Apus: usapan pada obyek glass.
·         Identifikasi: dengan pengecatan Giemsa.


1.3  Tata Kerja
A.    Sediaan apus darah
a.      Teknis pembuatan sedian apus darah
1)      Disiapkan dua gelas benda yang bersih dari lemak atau minyak (dibersihkan dengan kertas tisu yang dibasahi dengan alkohol 70%)
2)      Diteteskan darah di ujung kanan pada gelas benda ke-1, dan gelas benda tersebut dipegang dengan ibu dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke-2 dipegang dengan ibu dan telunjuk jari kanan. Lalu diletakkan salah satu ujung datar gelas benda ke-2 pada sebelah kiri tetesan darah tadi sehingga membentuk sudut 30o (semakin besar sudut, semakin tebal sediaan apusnya).
3)      Benda gelas ke-2 ditarik tersebut ke kanan sampai menyentuh tetesan darah, kemudian ditunggu hingga darah merata keseluruh sudut gelas. Gelas ke-2 didorong (gelas yang di tangan kanan) tanpa mengangkatnya bila sudah rata, maka akan terbentuk lapisan atau sedian apus darah yang tipis.
4)      Dikeringkan sediaan apus di udara bebas (dikipas-kipaskan), kemudian diwarnai dengan Giemsa.
b.      Teknis pewarnaan Giemsa
1)      Diteteskan apus darah yang kering dengan metanol untuk fiksasi selama 5 menit.
2)      Dikeringkan dengan cara dikipas-kipaskan, dan diletakkan di atas rak bak pencuci setelah kering.
3)      Ditetesi dengan cat Giemsa sampai merata di atas apus darah, dan ditunggu selama 30 menit.
4)      Sediaan tersebut dialiri dengan air yang mengalir dari keran atau pipet sehingga cat Giemsanya bersih.
5)      Dileringkan kembali dengan cara dikipas-kipaskan atau diisap dengan tisu.
6)      Ditetesi dengan minyak imersi dan diamati di bawah mikroskop.

B.     Mengidentifikasi sel darah putih atau leukosit dengan memperhatikan secara seksama ciri-ciri sel tersebut.
a.       Agranulosit = sel lebih besar daripada granulosit, meliputi :
-          Limfosit: inti bulat biru tua berada ditengah, sitoplasma sedikit.
-          Monosit: inti melekuk (seperti tapal kuda), warna biru tua, sitoplasma banyak.
b.      Granulosit = sel lebih kecil dari pada agranulosit, meliputi :
-          Neutrofil: granula di plasma warna biru muda, inti berlekuk (3-4 segmen bila sudah tua), seperti batang (bila masih muda)
-          Basofil: granula di plasma warna biru tua, inti berlekuk dengan rata-rata memiliki 2 segmen.
-          Eosinofil: granula di plasma kemerahan, inti berlekuk rata-rata bersegmen 2.






II.                HASIL PENGAMATAN

Identifikasi Butir Darah Putih:
No.
Gambar
Keterangan






1.
a. Limfosit





b. Monosit


Inti: Bulat
Plasma: Sedikit




Inti: Berlekuk
Plasma: Banyak










2.
a. Neutrofil





b. Basofil
     (Tidak ditemukan)




c. Eusinofil







Inti: Berlekuk (Seperti Tapal Kuda)
Plasma:Bergranula, Keunguan/kebiruan








Inti: Berlekuk
Plasma: Bergranula, Kemerahan





















III.             PEMBAHASAN

Pada praktikum sediaan apus darah untuk mengidentifikasi butir darah putih kami menemukan limfosit, monosit, neutrofil, dan eusinofil sesuai dengan bentuk dan wujud yang sudah di jelaskan oleh dosen pembimbing. Bersamaan dengan itu, kami dapat menemukan adanya keping darah. Namun, pada praktikum ini, kelompok kami tidak bisa menemukan sel darah putih basofil. Kemungkinan kelompok lain banyak yang menemukannya. Perbedaan hasil yang kami dapatkan ini disebabkan oleh sampel darah yang kami gunakan berbeda-beda, bergantung dari siapa yang mewakili masing-masing kelompok dalam menyumbangkan darah segarnya untuk kepentingan praktikum.















IV.             KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum kami ,maka kami dapat membuat kesimpulan ;
·         Hanya sel darah putih limfosit yang memiliki inti bulat dan tidak berlekuk. Sisanya monosit, neutrofil, eusonofil dan basofil intinya memiliki lekukan.
·          Sel darah putih limfosit, basofil, dan neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki prosentase lebih banyak.













KEPUSTAKAAN

http://fredi-36-a1.blogspot.co.id/2009/11/laporan-praktikum-fisiologi-veteriner_15.html. (Diakses: 30 September 2016)
Akbar, Chaerul. http://www.chaerulakbar.net/2012/01/peredaran-darah-natif-praktikum-1.html. (Diakses: 30 September 2016)
http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/sediaan-apus-darah.html (Diakses: 30 September 2016)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar