I.
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Darah merupakan cairan
extracellular, bersifat :
1. Viskous : 1.7;
2. Beredar dalam pembuluh tertutup;
3. Secara makroskopis berwarna merah, dan tidak tembus cahaya;
4. Mempunyai pH 7.38.
1. Sebagai alat transport dalam tubuh.
2. Homeostasis: membantu mempertahankan
keseimbangan air dalam tubuh,
3. Termoregulasi: membantu mempertahankan temperatur
tubuh,
4. Keseimbangan asam–basa: mengatur kadar H+
tubuh.
5. Pertahanan: produksi leukosit untuk membunuh mikroorganisme.
Darah terdiri dari dua bagian
yaitu :
1. Sel-sel darah
a. Eritrosit
b. Leukosit
c. Trombosit
2. Plasma darah
Sediaan natif
darah dan sediaan apus darah dilakukan untuk dapat mengamati bentuk sel darah
ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux
ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk
deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing
dan kucing yang sehat, dan jarang ditemukan pada darah sapi, kambing, dan domba.
Mikroorganisme
dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif,misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma
pada vertebrata berenang diantara sel-sel darah. Dengan
mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa
misalnya, Giemsa,Wright,
Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah,dan
yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan
mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih.
1.2. Materi dan Metode
Alat dan bahan
·
Darah
segar dan antikoagulsasi
·
NaCl
fisiologi
·
Cat
giemsa dan buffer fosfat
·
Xylol
dan metanol
·
Kaca
benda (object glass) dan
penutup (cover glass)
·
Mikroskop
·
Minyak
·
Tisu
·
Alat
tulis dan buku penuntun praktikum
Metode
·
Apus:
usapan pada obyek glass.
·
Identifikasi:
dengan pengecatan Giemsa.
1.3 Tata Kerja
A.
Sediaan apus darah
a.
Teknis pembuatan sedian apus darah
1) Disiapkan
dua gelas benda yang bersih dari lemak atau minyak (dibersihkan dengan kertas tisu yang dibasahi dengan alkohol 70%)
2) Diteteskan darah di ujung kanan pada gelas benda ke-1, dan gelas benda tersebut dipegang dengan ibu
dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke-2 dipegang
dengan ibu dan telunjuk jari kanan. Lalu diletakkan salah satu ujung datar
gelas benda ke-2 pada sebelah kiri tetesan darah tadi sehingga membentuk sudut
30o (semakin besar
sudut, semakin tebal sediaan apusnya).
3) Benda gelas ke-2 ditarik tersebut ke kanan
sampai menyentuh tetesan darah, kemudian
ditunggu hingga darah merata keseluruh sudut gelas. Gelas ke-2 didorong (gelas
yang di tangan kanan) tanpa mengangkatnya bila sudah
rata, maka akan terbentuk lapisan atau sedian apus
darah yang tipis.
4) Dikeringkan sediaan apus di udara bebas (dikipas-kipaskan), kemudian diwarnai dengan Giemsa.
b.
Teknis pewarnaan Giemsa
1) Diteteskan apus darah yang kering dengan metanol untuk
fiksasi selama 5 menit.
2) Dikeringkan dengan cara dikipas-kipaskan, dan diletakkan di atas rak bak pencuci setelah kering.
3) Ditetesi dengan cat Giemsa sampai
merata di atas apus darah, dan ditunggu selama 30 menit.
4) Sediaan
tersebut dialiri dengan air yang mengalir
dari keran atau pipet sehingga cat Giemsanya
bersih.
5) Dileringkan kembali dengan cara dikipas-kipaskan atau diisap dengan tisu.
6) Ditetesi dengan minyak imersi dan diamati di bawah
mikroskop.
B.
Mengidentifikasi sel darah putih atau leukosit
dengan memperhatikan secara seksama ciri-ciri sel tersebut.
a. Agranulosit = sel lebih besar daripada
granulosit, meliputi :
-
Limfosit:
inti bulat biru tua berada ditengah, sitoplasma
sedikit.
-
Monosit:
inti melekuk (seperti tapal kuda), warna biru tua, sitoplasma banyak.
b. Granulosit = sel lebih kecil dari pada
agranulosit,
meliputi :
-
Neutrofil: granula di plasma warna biru muda, inti
berlekuk (3-4 segmen bila sudah tua), seperti batang (bila masih muda)
-
Basofil:
granula di plasma warna biru tua, inti
berlekuk dengan rata-rata memiliki 2 segmen.
-
Eosinofil:
granula di plasma kemerahan, inti
berlekuk rata-rata bersegmen 2.
II.
HASIL PENGAMATAN
Identifikasi Butir Darah Putih:
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Inti: Bulat
Plasma: Sedikit
Inti: Berlekuk
Plasma: Banyak
|
|
2.
|
b. Basofil
(Tidak ditemukan)
|
Inti: Berlekuk (Seperti Tapal Kuda)
Plasma:Bergranula, Keunguan/kebiruan
Inti: Berlekuk
Plasma:Bergranula, kemerahan
|
III.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum sediaan apus darah untuk mengidentifikasi butir darah putih kami
menemukan limfosit, monosit, neutrofil, dan eusinofil sesuai dengan bentuk dan
wujud yang sudah di jelaskan oleh dosen pembimbing. Bersamaan dengan itu, kami
dapat menemukan adanya keping darah. Namun, pada praktikum ini, kelompok kami
tidak bisa menemukan sel darah putih basofil. Kemungkinan kelompok lain banyak
yang menemukannya. Perbedaan hasil yang kami dapatkan ini disebabkan oleh sampel
darah yang kami gunakan berbeda-beda, bergantung dari siapa yang mewakili masing-masing
kelompok dalam menyumbangkan darah segarnya untuk kepentingan praktikum.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum kami ,maka kami dapat membuat kesimpulan ;
·
Hanya sel darah putih limfosit yang memiliki
inti bulat dan tidak berlekuk. Sisanya monosit, neutrofil, eusonofil dan
basofil intinya memiliki lekukan.
·
Sel darah
putih limfosit, basofil, dan neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki
prosentase lebih banyak.
KEPUSTAKAAN
http://fredi-36-a1.blogspot.co.id/2009/11/laporan-praktikum-fisiologi-veteriner_15.html.
(Diakses: 30 September 2016)
Akbar, Chaerul. http://www.chaerulakbar.net/2012/01/peredaran-darah-natif-praktikum-1.html.
(Diakses: 30 September 2016)
http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/sediaan-apus-darah.html
(Diakses: 30 September 2016)
1.1 Dasar Teori
Darah merupakan cairan
extracellular, bersifat :
1. Viskous : 1.7;
2. Beredar dalam pembuluh tertutup;
3. Secara makroskopis berwarna merah, dan tidak tembus cahaya;
4. Mempunyai pH 7.38.
1. Sebagai alat transport dalam tubuh.
2. Homeostasis: membantu mempertahankan
keseimbangan air dalam tubuh,
3. Termoregulasi: membantu mempertahankan temperatur
tubuh,
4. Keseimbangan asam–basa: mengatur kadar H+
tubuh.
5. Pertahanan: produksi leukosit untuk membunuh mikroorganisme.
Darah terdiri dari dua bagian
yaitu :
1. Sel-sel darah
a. Eritrosit
b. Leukosit
c. Trombosit
2. Plasma darah
Sediaan natif
darah dan sediaan apus darah dilakukan untuk dapat mengamati bentuk sel darah
ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux
ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk
deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing
dan kucing yang sehat, dan jarang ditemukan pada darah sapi, kambing, dan domba.
Mikroorganisme
dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif,misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma
pada vertebrata berenang diantara sel-sel darah. Dengan
mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa
misalnya, Giemsa,Wright,
Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah,dan
yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan
mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih.
1.2. Materi dan Metode
Alat dan bahan
·
Darah
segar dan antikoagulsasi
·
NaCl
fisiologi
·
Cat
giemsa dan buffer fosfat
·
Xylol
dan metanol
·
Kaca
benda (object glass) dan
penutup (cover glass)
·
Mikroskop
·
Minyak
·
Tisu
·
Alat
tulis dan buku penuntun praktikum
Metode
·
Apus:
usapan pada obyek glass.
·
Identifikasi:
dengan pengecatan Giemsa.
1.3 Tata Kerja
A.
Sediaan apus darah
a.
Teknis pembuatan sedian apus darah
1) Disiapkan
dua gelas benda yang bersih dari lemak atau minyak (dibersihkan dengan kertas tisu yang dibasahi dengan alkohol 70%)
2) Diteteskan darah di ujung kanan pada gelas benda ke-1, dan gelas benda tersebut dipegang dengan ibu
dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke-2 dipegang
dengan ibu dan telunjuk jari kanan. Lalu diletakkan salah satu ujung datar
gelas benda ke-2 pada sebelah kiri tetesan darah tadi sehingga membentuk sudut
30o (semakin besar
sudut, semakin tebal sediaan apusnya).
3) Benda gelas ke-2 ditarik tersebut ke kanan
sampai menyentuh tetesan darah, kemudian
ditunggu hingga darah merata keseluruh sudut gelas. Gelas ke-2 didorong (gelas
yang di tangan kanan) tanpa mengangkatnya bila sudah
rata, maka akan terbentuk lapisan atau sedian apus
darah yang tipis.
4) Dikeringkan sediaan apus di udara bebas (dikipas-kipaskan), kemudian diwarnai dengan Giemsa.
b.
Teknis pewarnaan Giemsa
1) Diteteskan apus darah yang kering dengan metanol untuk
fiksasi selama 5 menit.
2) Dikeringkan dengan cara dikipas-kipaskan, dan diletakkan di atas rak bak pencuci setelah kering.
3) Ditetesi dengan cat Giemsa sampai
merata di atas apus darah, dan ditunggu selama 30 menit.
4) Sediaan
tersebut dialiri dengan air yang mengalir
dari keran atau pipet sehingga cat Giemsanya
bersih.
5) Dileringkan kembali dengan cara dikipas-kipaskan atau diisap dengan tisu.
6) Ditetesi dengan minyak imersi dan diamati di bawah
mikroskop.
B.
Mengidentifikasi sel darah putih atau leukosit
dengan memperhatikan secara seksama ciri-ciri sel tersebut.
a. Agranulosit = sel lebih besar daripada
granulosit, meliputi :
-
Limfosit:
inti bulat biru tua berada ditengah, sitoplasma
sedikit.
-
Monosit:
inti melekuk (seperti tapal kuda), warna biru tua, sitoplasma banyak.
b. Granulosit = sel lebih kecil dari pada
agranulosit,
meliputi :
-
Neutrofil: granula di plasma warna biru muda, inti
berlekuk (3-4 segmen bila sudah tua), seperti batang (bila masih muda)
-
Basofil:
granula di plasma warna biru tua, inti
berlekuk dengan rata-rata memiliki 2 segmen.
-
Eosinofil:
granula di plasma kemerahan, inti
berlekuk rata-rata bersegmen 2.
II.
HASIL PENGAMATAN
Identifikasi Butir Darah Putih:
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Inti: Bulat
Plasma: Sedikit
Inti: Berlekuk
Plasma: Banyak
|
|
2.
|
b. Basofil
(Tidak ditemukan)
|
Inti: Berlekuk (Seperti Tapal Kuda)
Plasma:Bergranula, Keunguan/kebiruan
Inti: Berlekuk
Plasma: Bergranula, Kemerahan
|
III.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum sediaan apus darah untuk mengidentifikasi butir darah putih kami
menemukan limfosit, monosit, neutrofil, dan eusinofil sesuai dengan bentuk dan
wujud yang sudah di jelaskan oleh dosen pembimbing. Bersamaan dengan itu, kami
dapat menemukan adanya keping darah. Namun, pada praktikum ini, kelompok kami
tidak bisa menemukan sel darah putih basofil. Kemungkinan kelompok lain banyak
yang menemukannya. Perbedaan hasil yang kami dapatkan ini disebabkan oleh sampel
darah yang kami gunakan berbeda-beda, bergantung dari siapa yang mewakili masing-masing
kelompok dalam menyumbangkan darah segarnya untuk kepentingan praktikum.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum kami ,maka kami dapat membuat kesimpulan ;
·
Hanya sel darah putih limfosit yang memiliki
inti bulat dan tidak berlekuk. Sisanya monosit, neutrofil, eusonofil dan
basofil intinya memiliki lekukan.
·
Sel darah
putih limfosit, basofil, dan neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki
prosentase lebih banyak.
KEPUSTAKAAN
http://fredi-36-a1.blogspot.co.id/2009/11/laporan-praktikum-fisiologi-veteriner_15.html.
(Diakses: 30 September 2016)
Akbar, Chaerul. http://www.chaerulakbar.net/2012/01/peredaran-darah-natif-praktikum-1.html.
(Diakses: 30 September 2016)
http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/sediaan-apus-darah.html
(Diakses: 30 September 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar