Minggu, 26 Maret 2017

histologi vet.II Saluran Pencernaan



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       Latar belakang
            Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah untuk mempermudah penyerapan oleh vili usus. Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Pada beberapa tempat, saluran pencernaan mengalami dilatasi serta berkelak-kelok. Pada saluran pencernaan ada gerakan peristaltik yang menyebabkan makanan dapat bergerak ke belakang, sebaliknya gerakan anti peristaltik dapat digambarkan dengan peristiwa muntahnya pada hewan.
 Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. Saluran pencernaan tersebut terdiri dari rongga mulut (bibir, gigi, pipi, langit, gusi dan lidah), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan), Ventrikulus(lambung), usus halus, usus besar, rektum, anus. Selama dalam pankreas, pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung di dalam berbagai cairan pencernaan.
1.2  Perumusan masalah
1.2.1Apa pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan?
      1.2.2 Bagaimana struktur histologi rongga mulut ?
1.2.3 Bagaimana struktur histologi faring dan esofagus?
1.2.4 Bagaimana struktur histologi lambung, usus halus, dan usus besar ?


1.3       Tujuan
            1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan.
1.3.2 Untuk mengetahui struktur histologi rongga mulut.
1.3.3 Untuk mengetahui struktur histologi faring dan esophagus.
            1.3.4 Untuk mengetahui struktur histologi lambung, usus halus, dan usus besar.

1.4       Manfaat
1.4.1        Mampu menjelaskan pengertian dan organ penyusun sistem pencernaan.
1.4.2        Mampu mengidentifikasi struktur histologi rongga mulut.
1.4.3        Mampu mengidentifikasi struktur histologi faring dan esofagus.
1.4.4  Mampu mengidentifikasi struktur histologi lambung, usus halus dan usus kasa

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian dan Organ Penyusun Sistem Pencernaan
            Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh metabolit-metabolit yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi yang diperlukan bagi tubuh dari makanan yang dimakan. Sebelum disimpan atau digunakan sebagai energi, makanan dicernakan dan diubah menjadi molekul-molekul kecil yang dapat dengan mudah diabsorpsi melalui dinding saluran pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari bibir sampai dengan anus. Pada beberapa tempat mengalami dilatasi serta menempuh arah yang berliku-liku. Makanan dapat bergerak ke belakang karena adanya gerakan peristaltik, dan gerakan anti peristaltik (muntah, memamah biak) (Suwiti,2017).
Gerakan ini dimungkinkan karena adanya lapisan otot (tunica muscularis) pada dinding saluran pencernaan. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah untuk mempermudah penyerapan oleh vili usus. Sistem pencernaan terdiri atas rongga mulut (di dalamnya terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah), saluran pencernaan (dimulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus), kelenjar pencernaan, hati, dan pankreas. Sistem pencernaan berfungsi untuk mencerna makanan agar bisa diserap tubuh. Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air. Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan).

2.2       Struktur Histologi Rongga Mulut
1. Rongga mulut
1.1 Bibir / Labia
Terdiri dari susunan otot kerangka dibagian luar dibungkus oleh kulit dan dibagian dalam selaput lendir kutan. Bagian luar / kulit ditandai dengan adanya rambut, kelenjar palit, kelenjar peluh dan epidermis yang bertanduk. Bagian tengah terdiri dari bagian otot kerangka. Bagian dalam berbatasan dengan rongga mulut terdiri dari selaput lendir kutan yang pada sub mukosa terdapat kelenjar. Pada domba, kambing dan karnivora kelenjar tersebut bersifat mukous. Integumentum labialis memiliki ujung-ujung saraf disamping rambut peraba (tactile hairs).





Gambar 1: Histologi Bibir

1.      Luar dibungkus kulit dgn lapisan epitel yang berkeratinisasi.
2.      Adanya rambut
3.      Sub mukosa terdapat : kelenjar palit, peluh, otot skelet, ujung saraf dan rambut peraba (Tactile hair)
4.      Lapisan dalam: selaput lendir kutan.
5.      Selaput lendir kutan domba, kambing, carnivora : bersifat mukosa.


1.2 Gigi / Dentes
Gigi mengambil peranan dalam proses pencernaan secara mekanik, misalnya memotong, merobek, menggiling dan sebagainya. Bentuk gigi erat hubungannya dengan macam makanan yang dimakan, bentuk gigi anjing dan kucing berbeda dengan gigi pemakan rumput misalnya kuda, sapi (Suwiti,2017).


Gambar 2 : Struktur Histologi Gigi
Secara mikroskopis pada gigi terdapat :
1. Lapis Email (Substantia adamantina)
Lapisan ini berwarna kebiruan padat dan paling keras dari bagian gigi lainnya. Lapisan luar ditutupi oleh kutikula yang bersifat tahan pengaruh luar tetapi sedikit rapuh. Pada gigi tipe brakhidon misalnya karnivora babi dan manusia, lapis email terbatas pada daerah mahkota saja. Pada gigi tipe hipsodon seperti gigi kuda, lapis email terdapat mulai dari mahkota sampai akar gigi bahkan mengelilingi infundibulum gigi. Pada gigi graham lapis email membentuk lipatan-lipatan. Ruminansia memiliki tipe gigi campuran, gigo pemotong tergolong brakhidon, tetapi gigi graham bertipe hispodon.
2. Lapis dentin (substansia eburnea)
Bagian utama gigi, berwarna kekuningan dan langsung membungkus pulpa gigi. Bahan mirip dengan tulang bahkan lebih keras. Bagian yang berbatasan dengan pulpa gigi terdapat susunan sel-sel dengan penjuluran panjang menyusup kedalam bagian dentin yang berkapur disebut edentoblas. Bagian yang berkapur ini mirip dengan


matriks tulang, yang mengandung serabut kolagen tersusun paralel terhadap permukaan gigi pada mahkota gigi. Jadi dentin mirip dengan tulang rawan yang terdapat kanalikuli berupa buluh dentin (dentinal tubuluh). Dentin sangat peka terhadap pengaruh makanan panas, dingin, asam dan sebagainya karena mengandung serabut saraf.
3. Lapis sementum (substansia ossea)
Lapis sementum membungkus akar gigi dan lapis email di daerah leher gigi. Yang merupakan modifikasi tulang yang memiliki lamel-lamel. Letaknya  sejajar terhadap permukaan gigi dan didalamnya terdapat lakuna dna kanalikuli, tempat bagian sel dan penjulurannya. Serabut kolagen berjalan tegak lurus terhadap permukaan gigi dan disebut serabut sharpey.
4. Pulpa gigi
Berupa rongga pada bagian dalam gigi yang diisi oleh jaringan ikat halus tanpa adanya serabut elastis, tetapi banyak saraf dan pembuluh darah rambut. Serabut kolagen disini ada dalam bentuk fibril terdapat diantara sel-sel yang saling berhubungan. Pada bagian tepi terdapat leretan sel, ondontoblas, ditandai dengan inti yang lonjong terletak di basal sitoplasmanya berbutir. Periosteum Alveolares terdiri dari jaringan ikat yang mengisi rongga antara dinding alveolus dari rahang dan akar gigi. Jaringan ini kuat tampak adanya serabut elastis. Serabut kolagen menyebrang dari dinding alveolus ke lapis sementum, sebagai alat pertautan yang cukup kokoh.

1.3  Pipi / Buccae
Pipi memiliki lapis pokok, yakni :
  • Lapis luar (Intergumentum buccales) terdiri dari otot kerangka dan kelenjar (glandula buccales), terletak pada sub mukosa bahkan diantara otot.
  • Lapis dalam, terdiri dari selaput lendir kutan. Pada anjing dan ruminansia berpigmen. Pada ruminansia terdapat papil-papil makroskopik berupa penonjolan selaput lendir yang berperan membantu pencernaan makanan.




1.4  Langit-Langit / Palatum
Ada dua yaitu : palatum molle dan palatum durum. Palatum molle terdiri dari otot kerangka di bagian tengahnya, bagian oral dibalut oleh selaput lendir kutan dan bagian aboral oleh selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris banyak baris bersilia.
Jaringan limpoid terdapat pada kedua bagian. Pada kuda dan babi membentuk tonsil dan terdapat sepasang seperti pada manusia. Sedangkan palatum durum menunjukkan rigi-rigi, karena penebalan mukosa sub mukosa mengandung pleksus venosus.



Gambar 3 : Struktur Histologi Palatum Durum dan Palatum Molle
1.5 Gusi / Ginggive
Gusi memiliki selaput lendir kutan dengan jaringan ikat yang kuat, serta banyak mengandung serabut elastis yang langsung melekat pada periost. Pada gusi tidak terdapat kelenjar dan limfonodus. Epithel pipih banyak lapis memberikan papil-papil dan memiliki stratum korneum, sednagkan ototnya terdiri dari otot kerangka.



Gambar 4 : Struktur Histologi Ginggiva
1.6 Lidah / Linguae
Lidah merupakan organ muskular yang ditutupi oleh membrana mukosa. Berperan dalam prehensi, mastikasi, dan perasa. Terdiri dari epitel squamosum kompleks dan otot kerangka dengan jaringan ikat penunjang yang banyak mengandung lemak dan pada bagian tertentu terdapat kelenjar ebner.


Gambar 5 : Struktur Histologi Lidah
Pada lidah terdapat empat macam papil (papillae linguales) yakni :
1. Papillae filiformis
Berupa penonjolan jaringan ikat dari lamina propria dengan epitel berkeratinosasi. Bentuk papil tergantung pada jenis hewannya. Karnivora memiliki bentuk paling jelas seperti kuku harimau. Bagian yang mengarah ke depan terdapat papil penunjang, yang memanjang papil primer di belakangnya. Bentuk ini paling jelas terdapat pada kucing.

Pada kuda keledai dan babi, bentuk papil besar memanjang dan tunggal. Pada ruminansia papil bercabang-cabang dengan epitel penutup berbentuk rambut, bertanduk, pendek. Ciri khas papil ini tidak memiliki putik pengecap dan kelenjar pada sub mukosa. Fungsi papil ini adalah mendorong makanan kedalam rongga mulut.
2. Papillae fungiformis.
Bentuknya mirip jamur dengan jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan saraf. Epitelnya non keratinisasi dan jarang mengandung putik pengecap, terutama pada sapi dan kuda tetapi sering tampak pada domba, kambing, babi dan karnifora.
3. Pappilae circumvallate/ papillae vallatae
Bentuknya mirip papillae filiformis tetapi lebih besar. Bersifat soliter dan memiliki alur samping cukup dalam. Oleh karenanya sering disebut alur pengecap. Lamina propria membentuk papil-papil mikroskopik dan banyak mengandung saraf serta limfosit. Pada sub mukosa dan bahkan diantara otot lidah terdapat gugus kelenjar sereus dengan saluran bermuara pada dasar alur pengecap. Kelenjar lidah ini dikenal sebagai Von ebner. Papila ini umumnya memiliki putik pengecap cukup banyak, tapi pada kucing sedikit, kecil dan terdapat pada dasar alur pengecap.
4. Papillae foliatae
Bentuknya seperti daun yang tersusun paralel dan diantaranya terdapat alur pengecap. Pada sub mukosa dan diantara otot lidah terdapat banyak kelenjar sereus yang bermuara pada alur pengecap. Pada kuda dan anjing kelenjar ebner ini snagat subur, pada kucing rudimenter, pada ruminansia dan manusia tidak memiliki. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak putik pengecap pada papil semakin banyak pula kelenjar terdapat pada sub mukosa. Dengan demikian semakin jelas peranan kelenjar ebner dalam membantu putik pengecap pada proses mengecap makanan









2.3 Struktur Histologi Faring dan Esophagus
2.3.1. Faring 
Berupa rongga dimana tujuh saluran bermuara kedalamnya. Secara histologik dibedakan atas nasofaring dan orofaring.
a. Nasofaring
Selaput lendirnya adalah selaput lendir berkelenjar, dengan epitel silindris banyak baris bersilia, dan diantaranya terdapat sel mangkok. Pada propria mukosa terebar kelenjar seromukous dan jaringan limfoid. Ujung kelenjar seromukous lebih banyak memiliki sel yang bersifat sereus.



Gambar 6: Struktur Histologi Nasofaring
b. Orofaring
Selaput lendirnya adalah selaput lendir kutan dengan banyak papil mikroskopik. Pada tunika propria terdapat kelenjar mukous dan jaringan limfoid yang membentuk tonsil. Fascia bagian dalam merupakan batas dengan selaput lendir yang terdiri dari serabut elastis. Dibawahnya terdapat lapis otot kerangka yang tersusun secara memanjang dan melintang. Fascia bagian luar terdiri dari serabut kolagen dengan sedikit serabut elastis, dan langsung berbatasan dengan adventisia yang banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan folikel getah bening.


Gambar 7 : Struktur Histologi Orofaring
2.3.2 Esofagus
Berupa saluran yang cukup panjang yang menghubungkan faring dengan lambung. Terbagi atas tiga daerah antara lain : pars cervicis, pars thoracis, dan pars abdominis. Esophagus memiliki lapis umum saluran pencernaan secara lengkap yaitu:

a.       Tunika Mukosa
1.      Selaput lendir kutan membentuk lipatan-lipatan memanjang. Epithel pipih banyak lapis pada herbivora bertanduk tapi pada karnivora tidak.
2.      Tunika propria tidak tampak kelenjar dan terdiri dari jaringan ikat yang banyak mengandung sel. Uskularis mukosa, terdiri dari otot polos tersusun memanjang. Pada kuda, ruminansia dan kucing lapis ini terpisah-pisah pada kira-kira setengah esophagus bagian depan, sedangkan sisanya merupakan lapisan yang utuh sebagaimana pada manusia. Pada anjing dan babi tidak tampak muskularis mukosa pada bagian depan, hanya bagian dalam rongga perut memiliki lapis yang utuh.
b.      Sub Mukosa
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah, jaringan limfoid dan kelenjar (glandula esophageae). Persebaran dari pada kelenjarnya tergantung pada daerah dan jenis hewannya. Anjing memiliki kelenjar cukup jelas, babi hanya jelas pada pertengahan esophagus, bagian belakang selebihnya sedikit dan kecil-kecil. Kuda, ruminansia dna kucing tidak memiliki kelenjar kecuali pada daerah peralihan faring dan esophagus.
c.       Tunika Muskularis
Terdiri dari otot kerangka dan otot polos tergantung pada daerahnya. Sebagian besar terdiri dari otot kerangka, kecuali daerah sepertiga bagian belakang terdiri dari otot polos. Tunika muskularis membentuk lapis melingkar (dalam), dan memanjang (luar) dan dipisah oleh jaringan ikat. Pada ruminansia dan anjing seluruh esophagus terdiri dari otot kernagka bahkan pada ruminansia meluas sampai sulcus reticuli dan rumen.
d. Tunika Adventisis
Di daerah leher esophagus dibalut oleh adventisia tetapi di daerah dada dan perut dibalut oleh serosa.






Gambar 8 : Struktur Histologi Esofagus
2.4 Struktur Histologi Lambung, Usus Halus dan Usus Kasar
2.4.1 Lambung
Dibedakan atas 2 bagian yaitu lambung depan tanpa kelenjar dan lambung belakang / lambung sejati dengan kelenjar. Dengan demikian terdapat lambung ganda misalnya pada ruminansia. Lambung Depan (Proventriculus) memiliki 3 daerah :
1. Rumen (lambung handuk)
2. Retikulum (lambung jala)
3. Omasum (lambung buku)
a. Ciri khas lambung depan :
Berselaput lendir kutan. Pada epitel pipih banyak lapis yang bertanduk terdapat gelembung-gelembung, selanjutnya disebut sel gelembung (vesiculated cell).
Tidak terdapat kelenjar pada mukosa maupun sub mukosa.

1. Rumen
Mukosa membentuk penjuluran makroskopik berbentuk batang yang hampir sama tingginya. Muskularis mukosa tidak tampak sehingga tunika propria berbatasan langsung dengan sub mukosa. Pada sub mukosa terdapat banyak pembuluh darah dan saraf tanpa adanya folikel getah bening. Sel gelembung terdapat pada stratum lucidum yang sitoplasmanya sulit mengambil zat warna. Didalamnya terdapat asam lemak dan pada sel-sel stratum corneum terdapat lipida dalam bentuk trigliserida. Tunika muskularis terdiri atas 2 lapis : lapis dalam tersusun melingkar dan lapis luar tersusun memanjang. Diantaranya terdapat jaringan ikat dengan ganglion otonom. Subserosa agak tebal dan banyak mengandung sel lemak, pembuluh darah dan saraf. Lapis paling luar terdiri dari serosa.
2. Retikulum
Mukosa membentuk penjuluran makroskopis yang memberikan aspek sebagai anyaman jala. Bangun mikroskopis mukosa mirip dengan rumen, hanya pada penjuluran-penjuluran tinggi tedapat otot polos sebagai kelanjutan dari muskularis mukosa esophagus. Muskularis mukosa tidak ada.Tunika muskularis seperti pada rumen terdapat 2 lapis dengan susunan yang berbeda, dan merupakan kelanjutan dari tunika muskularis esophagus. Suleus reticuli (ventriculer groove) jelas terdapat pada hewan muda yang masih menyusui, yang secara tofografis terdapat di daerah retikulum omasum dan abomasum.
3. Omasum
Mukosa membentuk penjuluran yang tinggi. Meskipun penjuluran satu dengan lainnya tidak sama tingginya. Tidak terdapat folikel getah bening, tetapi muskularis mukosa ada dan ikut naik mengikuti penjuluran sampai puncaknya. Pada penjuluran yang tinggi otot polos dari tunika muskularis ikut naik dan pada puncak penjuluran bersatu dengan muskularis mukosa. Pada penjuluran yang rendah hanya muskularis mukosa yang baik dan menyebar membentuk balok otot polos. Pada lantai omasum didapat lipatan mukosa yang pada kambing sering ditemukan kelenjar bersifat mukous atau seromukous. Tunika muskularis ada 2 lapis : lapis luar tipis dan lapis dalam lebih tebal.



b. Lambung belakang / lambung sejati
Ciri khas :
1. Memiliki lapis umum lengkap
2. Berselaput lendir, berkelenjar dengan epithel silindris sebaris.

2.4.2  Usus
Secara umum usus berperan sebagai :
  1. Tempat terjadinya pencernaan akhir dengan bantuan enzyma dari usus dan pankreas serta empedu dari hati.
  2. Tempat penyerapan dari bahan-bahan yang telah dicerna yang diperlukan tubuh misalnya karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air.
  3. Melakukan / membuang ampas-ampas pencernaan
a. Usus halus (intestinum tenue)
Terdiri dari : duodenum , jejunum, dan ileum. Ciri umum : berselaput lendir berkelenjar yang membentuk vili untuk kelancaran penyerapan. Memiliki 3 macam sel pada epitel permukaan yakni : sel penyerap, sel mangkok dan sel argentafin. Memiliki lapis umum lengkap.
Secara mikroskopis tunika mukosa memiliki 3 lapisan yakni :
- stratum villosum merupakan lapisan yang terdiri dari villi tanpa kelenjar.
- Stratum glandulare memiliki lapis tunika propria yang mengandung kelenjar Liberkhun.
- Stratum subglandulare merupakan bagian tunika propria yang bebas kelenjar langsung diatas muscularis mucosa. Pada karnivora dibedakan 2 strata yakni stratum granulosum dan stratum compacticum.
Macam-macam sel pada epitel permukaan usus halus :
1. Sel penyerap (absortive cells)
Lamina epiteliasis mukosa dikenal sebagai epitel penyerap pada usus halus. Bentuknya silindris tinggi dan permukaan kutub bebasnya diperlengkapi dengan streated (mikrovili) border. Pada sitoplasma dibawah streated border bebas organoida dan para plasma lapisan ini disebut terminal web. Organoida sel terdapat dibawah terminal web misalnya kitokhondria, agranular, endoplasmik retikulum. Apparatus golgi terletak supra nuklear. Dalam sitoplasma daerah kutub basal tersebar mitokhondria, granular RES dan ribosoma bebas.
2. Sel mangkok (Goblet cells)
Tersebar secara tidak teratur diantara sel penyerap dan melekat dengan juxtaluminal junctional complex. Sel ini dianggap kelenjar uniselular, daerah kutub bebas membesar karena menimbun butir musigen. Secara mikroskop elektron granular endoplasma retikulum dan aparatus golgi cukup jelas, terdapat antara musigen dan inti. Butir musigen muncul dari apparatus golgi dan memiliki selaput halus yang mudah pecah pada sediaan rutin, mempunyai tendensi untuk menggembung sehingga sulit untuk mempelajari mekanisme sekresinya. Pada usus halus sel mangkok semakin kebelakang semakin banyak dan menghasilkan mukous (lendir sebagai pelicin).
3. Sel Argentafin
Terdapat pada semua hewan piara pada sepanjang saluran gastrointestinal, khususnya pada epitel kelenjar lieberkuhn dan kelenjar duodenum. Juga tersebar pada epitel penyerap di daerah Crypto of Lieberkhum, sel argentafin dibedakan dari sel lainnya karena memiliki spesifik granula dalam sitoplasmanya dan tersebar secara soliter. Fungsi : belum jelas tetapi terdapat anggapan bahwa serotonin yang dikandungnya memiliki daya rangsang neuromuskular apparatus untuk meningkatkan peristaltik.
4. Sel Paneth
Pada usus halus paneth tersebar pada dasar ujung kelenjar lieberkhum selnya berbentuk silindris atau piramidal inti bulat terletak di basal. Sitoplasmanya bersifat basofil dan pada kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekreta yang dapat diwarnai dengan eosin dan orange.
Secara histokimia dibuktikan adanya protein, hidrat arang dan arginin dalam butir sekreta. Peranannya belum jelas, pada tikus sekreta mengandung sulfatid mucosakharida dan protein dasar yang diduga mengandung lisosim suatu ensym yang menghancurkan kuman. Bila pendapat ini benar jelas adanya efek bakterisid dari sel paneth. Selain pada usus halus sel paneth terdapat pada usus halus dan caecum. Carnivora dan babi tidak memiliki sel paneth ( Suwiti,2017)
·         Villi Usus (Villi Intetinales)
Vili merupakan penjuluran selaput lendir yang menjorok kedalam lumen usus halus. Villi berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sedangkan mekanisme penyerapan dilakukan oleh sel-sel penyerap. Pada tiap villus terdapat 3 unsur yaitu pembuluh limfe (pembuluh khil), pembuluh darah dan saraf. Tunika propria banyak mengandung serabut elastis, leukosit dan otot polos yang bersifat soliter. Resorbsi lemak ditampung dalam pembuluh khil dan sisanya dalam pembuluh darah
Villi hanya terdapat pada usus halus.
  • Tunika muskularis
Pada sepanjang saluran gastrointestinal yang melakukan gerakan peristaltik, memiliki dua lapis otot polos yakni lapis sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua lapis terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh daerah misenterik pleksus dengan kelompok sel saraf multipolar. Kelompok yang besar disebut ganglion pleksus Auerbach terletak pada stratum intermuskulare. Dari sini keluar cabang yang berhubungan dengan ganglion pleksus Meisner yang terdapat pada submukosa. Pleksus Auerbach memberikan serabut menuju otot polos yang membentuk tunika muskularis, sedangkan pleksus Meisner memberikan cabang pada selaput lendir. Saluran gastrointestinal dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang terdiri dari kelompok parasimphatikus.
Usus halus yang terdiri dari : Duodenum, Jejunum dan Ileum ditandai dengan adanya villi, sedangkan pada usus kasar tidak ada villi. Duodenum memiliki kelenjar Brunner dan Ileum memiliki daun peyer disamping tunika muskularis yang lebih tebal. Umumnya tebal tunika muskularis meningkat dalam menuju ileum, kecuali pada sapi yang semakin menipis.


           

Gambar 9: Struktur Histologi a. Ilium b.rectum c. Jejunum
Dalam usus halus, proses pencernaan diselesaikan dan hasil-hasilnya diabsorpsi. Pencernaan lipida terjadi sebagai akibat kerja lipase pankreas dan empedu. Asam-asam amino dan monosakarida yang erasal dari pencernaan protein dan karbohidrat diabsorpsi oleh sel-sel epitel melalui transport aktif tanpa korelasi morfologis yang dapat dilihat. Pada binatang yang baru lahir pemindahan protein yang tidak dicernakan dari kolostrum terjadi sebagai akibat proses pinositosis pada ujung sel. Kemampuan untuk memindahkan protein ini hampir hilang seluruhnya setelah beberapa hari minimal pada dewasa.
Pergerakan mikrovilli memegang peranan penting dalam proses absorpsi metabolit. Sering kali limfosit terdapat antara sel-sel epitel usus halus yang kemudian dapat bermigrasi kembali ke lamina propria dan dari sini kembali ke pembuluh limfe.
b. Usus Kasar (Intestinum crassum)
Fungsi utamanya adalah : menyerap air, menyerap vitamin dan mineral, menghasilkan lendir sebagai pelicin. Ciri umum memiliki lapisan umum lengkap Tunika mukosa relatif lebih tebal dari usus halus serta tidak memiliki villi. Tidak memiliki sel mangkok dan ujung kelenjar lieberkhum lebih lurus dan panjang.
1. Caecum
Bervariasi dalam ukuran diantara spesies yang berbeda. Pada herbivora dengan lambung tunggal misalnya kuda, caecum relatif besar dan penting dalam proses fermentasi bakteri. Tetapi pada karnivora kecil, hewan peliharaan, nodulus limfatikus terdapat sepanjang caecum, sedangkan pada anjing, babi dan ruminansia jaringan limfoid terbatas hanya pada ileo caecal. Pada caecum tidak ditemukan villi, struktur yang lain sama dengan usus halus.
2. Colon
Tunika mukosanya tebal karena penambahan dari glandula intestinalis dibandingkan dengan usus halus. Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet. Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis mukosa. Pada caecum dan colon lebih banyak dijumpai serabut elastis dibandingkan dengan sel-sel otot polos.


Gambar 10.  Struktur Histologi Colon
3. Rectum
Seperti juga colon dan caecum permukaan mukosa rectum halus dan cenderung terjadi penambahan sel goblet. Serabut elastis sangat banyak pada kuda dan sapi, dan pada kambing domba dan biri-biri sedikit berkurang. Permukaan luar dan dalam mengandung serabut elastis. Semua hewan piara memiliki flexus venosus pada lamina propria.
4. Anus
Di daerah anus epitel berubah menjadi epitel pipih banyak lapis dengan papil mikroskopik dan pada garid anorektual berubah menjadi silindris sebaris. Pada babi dan karnivora daerah ini membentuk zona kolumnaris ani yang mengandung jaringan limfoid secara difuns secara flexus venosus.
Lamina propria tidak menunjukkan papil mikroskopis tetapi memiliki jaringan limfoid dengan limfonodulus dan otot polos.

BAB 3
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            System pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar pencernaan yang dapat membantu proses pencernaan sehingga menghasilkan metabolit. Salurannya dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung,usus halus dan usus kasar.
3.2       Saran
            Diharapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan dapat lebih mengetahui dan memahami
           



DAFTAR PUSTAKA

Suwiti,2017. Sistem Pencernaan

Anonimous, 2015. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.www.ebiologi.com

Anonimous,2014. Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia.www.pintarbiologi.com

Anonimous,2015. Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan. anauhibubiologi.weebly.com

Anni Nurliani dkk, 2014. Jurnal Veteriner Juni 2014. Residu Gula Glikokonjugat pada Lambung Depan Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Kalimantan Selatan.

Zainuddin dkk. Jurnal Medika Veterinaria. Gambaran Histologi Kelenjar Intenstinal Pada Duodenum Ayam Kampung (Gallus domesticus), Merpati (Columba domesticus) dan Bebek (Anser anser domesticus)

Suwiti dkk, 2010. Jurnal Buletin Veteriner Agustus 2010 .Studi Histologi Usus Besar Sapi Bali.





1 komentar: